1,358 research outputs found

    The Correlation Between Prior Knowledge and Skimming Ability in Reading Comprehension of Second Semester Students of English Language Teaching Department at STAIN Jurai Siwo Metro

    Get PDF
    Prior knowledge is believed to be one of the factors related to students\u27 reading comprehension. In reading, a student brings their experience about the topic to the act of reading to ease them comprehend the text. In this case, selection of reading techniques is very crucial. Among reading technique which depends on prior knowledge is skimming. When students are to skim the text, their prior knowledge will help them catch the gist of the text easily because they are familiar with the topic of the text.Therefore, this research tried to investigate the correlation between prior knowledge and skimming ability in reading comprehension

    Pengaruh Organizational Learning Terhadap Competitive Advantage Melalui Accounting Information System Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka

    Full text link
    This study aimed to analyze the influence of organizational learning to competitive advantage through accounting information system. The samples used in this study were 60 managers who are working in a go-public manufacturing companies. The analysis technique was Structural Equation Model (SEM) by using Partial Least Square (PLS) software. The results from this study showed that there was a positive and significant correlation between the organizational learning to competitive advantage, organizational learning to accounting information system, and accounting information system to competitive advantage

    Makna Gaya Hidup Tengah Malam Anak Muda Urban Di Branded Convenience Store Dan Café 24 Jam

    Full text link
    Saat ini menjamur toko-toko miniswalayan dan kafe cepat saji bermerek (branded conveniencestore & cafĂ©) yang buka 24 jam, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan fasilitas sambunganinternet gratis dan tempat yang nyaman, tak ayal, anak-anak muda pun setiap malam menyemutbegadang menikmati waktu tengah-malam dengan membawa ‘peralatan' kerja seperti laptop atausekadar berkumpul mengobrol bersama teman-teman sampai pagi ditemani minuman dan makananringan. Gaya hidup begadang anak muda urban ini—yang penulis sebut sebagai midnight culture,sesungguhnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, karena aktivitas begadang bersama kerapdijumpai di kompleks-kompleks pemukiman dan perkampungan warga. Namun, setelah media dan merek-merek mereproduksi dan mengomodifikasinya, midnight culture menjadi tren dalam wujud baru. Tulisan ini berusaha menginvestigasi dan menangkap makna-makna terkait gaya hidup begadang anak muda urban di branded cafĂ© dan convenience store 24 jam. Menggunakan metode Pendahuluan Dalam suatu pengamatan partisipatoris, ketika malam beranjak semakin larut menunjuk waktu angka 12 lebih, lazimnya kehidupan malam, bukannya makin sepi, sebuah cafĂ© minimarket yang terletak di Jalan Kaliurang Yogyakarta justru semakin kebanjiran pengunjung yang kebanyakan adalah anak muda.Beberapa pengunjung langsung menuju kasiruntuk memesan sebungkus rokok, sementarapengunjung lain langsung menuju rak pendinginproduk bir.Dalam pengamatan ini, terlihat pengunjungberikutnya menuju stand minuman hangatdan langsung menarik sebungkus merek kopilalu menuangkannya ke dalam gelas kertas danmenyeduhnya dengan air panas yang telah tersedia.Beberapa saat kemudian, setelah membayardi kasir, pengunjung itu menuju sebuah mejapanjang kosong di salah satu sudut interior minimarket.Ia mengeluarkan laptop dari tas jinjingnya.Sejak itu ia mulai sibuk dengan layar laptopsambil sesekali meminum kopinya.Pengunjung lain datang dan memenuhiruang duduk di samping pengunjung tersebut.Ia melakukan ritual serupa: mengeluarkanlaptop dari tas dan larut dalam keasyikan denganperangkat komputer lipatnya. Hingga menjelangsubuh, ruang duduk dan meja panjang yangtersedia telah dipenuhi pengunjung dengan gayaseragam: asyik dengan laptop, sebagian adayang menghidupkan wi-fi, dan ada memasangheadphone mendengarkan musik.Pertanyaannya adalah apa yang sedangdikerjakan anak-anak muda tersebut? Kecenderungangaya hidup seperti apakah yang disajikandalam kehidupan mereka? Apapun yangdikerjakan anak-anak muda itu seperti: mengerjakantugas, online chatting and browsing, atausekadar mendengarkan musik dari laptop sambilminum kopi, yang pasti fenomena ini menyadarkanakan hadirnya fenomena menarik yangseolah-olah memindahkan aktivitas siang hari kemalam hari, atau bisa jadi pula kesibukan nonstop24 jam di ruang publik.Lebih menarik lagi, beberapa merekmengafirmasi fenomena ini dengan memberikanvalue atau memfasilitasi konsumennya. Beberapameter dari minimarket, terdapat sebuah kafe donatyang memberikan fasilitas dan layanan 24jam serupa yang memungkinkan konsumennyaleluasa melakukan aktivitas tengah-malam.Hanya berjarak belasan meter dari kafetersebut pula, terdapat beberapa angkringanyang memberikan layanan tengah-malam kepadakonsumennya, namun fokus hanya layanankuliner. Jika ditarik lebih lebar, sudah bukanhal yang asing lagi ada iklan pusat perbelanjaanyang memberikan penawaran diskon belanjajustru di waktu tengah-malam. Fenomena inibiasa dikenal dengan sebutan midnight shoppingpromo.Aktivitas tengah-malam masyarakatsebetulnya bukan hal yang baru. Masyarakatmengenal kebiasaan ronda warga di kampungkampungdan kompleks Perumahan menengahke bawah. Namun aktivitas tersebut merupakanaktivitas ‘khas malam', yang memang lazimdilakukan hanya pada malam hari untuk menjagakeamanan kampung warga, dan itu pun dilakukanetnografi kritis, penulis menemukan bahwa begadang bagi anak muda urban merupakan ekspresidan aspirasi insomniak yang berkelindan dengan pleasure sosial, hasrat kesuksesan dan konstruksiidentitas. Wacana personal ini tidak terlepas dari kuasa wacana media dan sosial yang berkembangdi masyarakat, sementara secara ekonomi-politik, komodifikasi begadang oleh media dan merekmemberikan dampak yang signifikan bagi ‘kelangsungan hidup' media dan merek (convenience storedan cafĂ©) tersebut
    • 

    corecore